Background

PANDORA #PART-03

Kami semua berada di ruang tamu dimana kami masuk tadi, jadi ia tak mungkin keluar. Kami mencoba mencarinya di ruang tamu dan dapur, namun kami tetap tak menemukannya.
“Haruka!” panggil Saori penuh keputusasaan, “Haruka! Dimana kamu! Jawab kakak!”
Namun tak ada jawaban.
“Hei, apa kalian pikir dia naik ke atas?” kami semua menatap ke arah tangga itu.
“Tidak mungkin! Mengapa ia melakukan itu?” jerit Saori. Air matanya mulai mengalir.
“Tenanglah! Ayo kita naik ke atas dan mencarinya!”
Tak ada waktu untuk memikirkan betapa takutnya kami. Kami berjalan melewati tiang menakutkan itu dan mulai berjalan menaiki tangga.
“Haruka-chan!” panggil kami.
“Haruka, ini tidak lucu!” seru Saori, “Keluarlah sekarang!”
Namun tetap tak ada jawaban.
Ketika kami sampai di atas, kami melihat dua kamar. Pintu masing-masing kamar tertutup. Kami menduga kedua kamar tersebut adalah kamar tidur.
Kami membuka pintu di sebelah kanan kami. Namun tak ada apapun di dalamnya. Kamipun menutupnya dan beranjak ke kamar kedua.
“Ia pasti ada di kamar ini!” kamipun membuka pintu itu secara perlahan.
Haruka ada di sana.
Namun tak ada satupun di antara kami yang berani berkata sepatah katapun. Kami semua membeku.
Di tengah ruangan itu terdapat benda yang sama seperti yang ada di tangga.
Sebuah meja rias dan sebuah tiang dengan rambut manusia di atasnya. Namun tiang itu tampak lebih pendek, sama tingginya dengan Haruka yang masih SD. Kami semua sangat ketakutan dan tak berani bergerak sedikitpun.
“Kak, apa ini?” Haruka menunjuk tiang itu dan menoleh kepada kami.
Ia berjalan mendekati meja rias itu. Ada tiga laci di sana dan ia membuka laci teratas.
“Apa ini?”
Ia menarik sesuatu keluar dari dalam laci. Sebuah memo dengan dua buah huruf tertulis di atasnya.
禁后 - The Forbidden Empress.
“Kak, ini bacanya apa?” namun sebelum kami menjawabnya, ia sudah menarik laci yang kedua.
Ia mengambil benda yang sama persis seperti yang ia temukan di laci pertama. Sebuah kertas bertuliskan huruf kanji yang sama.
Kami semua tak mengerti apa yang terjadi, namun Saori segera menghampiri adiknya dan mencengkeram tangannya dengan keras. Haruka sampai menangis dibuatnya.
“Apa yang kamu lakukan?” ia berteriak di depan muka Haruka. Dengan marah ia segera merebut kertas itu dari tangan gadis cilik itu dan membuka laci untuk mengembalikan kertas itu.
Masalahnya adalah, Haruka mengambilnya dari laci kedua, sedangkan laci yang ditarik oleh Saori adalah laci ketiga.
Ketika laci itu terbuka, Saori hanya berdiri tak bergeming sambil menatap apa yang ada di dalamnya. Ia tak bersuara sedikitpun.
Ia hanya diam, seperti terhipnotis. Ia menutup laci itu kemudian menatap ke depan. Pandangannya tampak kosong. Ia lalu menarik rambutnya yang tumbuh melebihi bahunya lalu meletakkannya di mulutnya.
Ia mulai mengunyah rambutnya sendiri.
“Hei, apa yang terjadi denganmu?” Kami bertanya.
“Saori! Saori, sadarlah!”
Kami semua memohon agar ia berhenti melakukannya, namun ia sepertinya sama sekali tak mempedulikan kami. Pandangannya masih kosong dan ia masih mengunyah rambutnya.
Tangis Haruka makin kencang, mungkin karena menyaksikan kakaknya bertingkah aneh. Kami semua bertambah gugup.
“Apa...apa yang terjadi dengannya?”
“Aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi!”
“Pikirkan itu nanti! Sekarang kita harus membawanya pulang! Aku sudah tak mau lagi berada di sini.”
Naoki, Kazuchika, dan Atsushi segera membawa Saori keluar dari rumah itu, sementara aku menjaga Haruka yang masih menangis. Bahkan setelah keluar dari rumah itu, Saori masih tetap mengunyah rambutnya.
Kami tahu kami akan terlibat masalah, namun kami harus segera membawanya ke orang dewasa yang mengerti tentang sejarah rumah itu. Kami mengurungkan niat kami membawanya pulang dan memutuskan membawanya ke rumahku yang terletak paling dekat dengan rumah tua itu.
Saat itu aku belum tahu itu adalah saat terakhirku melihat Saori.

TO BE CONTINUED


Categories: Share

1 komentar: