PANDORA #PART-07 *FINAL
Inilah bagian terakhir dari ceritaku.
Setelah rumah tua itu selesai dibangun, tak ada yang
berusaha masuk selama puluhan tahun. Namun seperti saat aku dulu, anak-anak
muda dari generasi orang tuaku juga sangat penasaran dengan isi rumah itu.
Namun mereka sangat dilarang untuk membicarakannya, apalagi masuk ke sana.
Kalian mungkin ingat ceritaku tentang keluarga Atsushi. Ibu
dan neneknya berasal dari kota ini, namun ibunya pindah ke prefektur lain
setelah menikah.
Itu adalah sebuah kebohongan.
Ketika mereka masih kecil, empat anak – ibu
Atsushi yang bernama Izumi, orang tua Kazuchika, dan seorang anak lain yang
bernama Eiji – pergi ke rumah itu. Mereka pergi saat tengah malam bahkan
membawa tangga untuk masuk ke dalam rumah melalui jendela lantai dua.
Tak ada yang mereka temukan di kamar pertama dan mereka
melanjutkan ke kamar kedua. Di sana mereka melihat meja rias dan rambut di
tengah ruangan. Mereka semua sangat ketakutan, namun Izumi sangatlah pemberani.
Ia bahkan membuka laci pertama dan kedua untuk melihat isinya. Untunglah,
sebelum ia membuka laci ketiga, teman-temannya yang lain berhasil
menghentikannya dan mengajaknya pergi dari tempat itu.
Namun itu tak menghentikan masalah lain muncul.
Ketika mereka turun melalui tangga di dalam rumah, mereka menemukan
meja rias lain. Tiga anak yang lain kembali ketakutan dan memohon agar mereka
pulang saja, namun Izumi menolak.
Seperti adik Saori, Izumi mulai membuka laci-laci tersebut.
Ia membuka laci pertama dan menemukan kertas dengan beberapa
serpihan kuku manusia.
Yang lain berpikir bahwa keadaan mulai bertambah menakutkan
dan memaksanya pulang. Namun Izumi sama sekali tak mengindahkan mereka.
Ketiga temannya mulai bersikeras agar Izumi menghentikan
perbuatannya dan menarik tubuh Izumi. Dalam pergumulan itu, mereka tak sengaja
menyenggol tiang itu sehingga rambut di atasnya terjatuh.
Rambut itu adalah hal paling menakutkan di rumah itu. Bahkan
Izumi tak berani untuk menyentuhnya. Mereka berempat kemudian meninggalkan
rambut itu di lantai dan bergegas pulang.
Setelah dua-tiga hari, mereka mulai bertanya-tanya akankah
orang tua mereka mengetahui apa yang mereka lakukan malam itu. Merekapun
sepakat untuk mengembalikan rambut itu ke posisi semula untuk menghilangkan
jejak mereka.
Orang tua Kazuchika tak dapat pergi karena suatu alasan,
sehingga hanya tersisa Eiji dan Izumi.
Untuk kedua kalinya mereka masuk ke rumah itu pada malam
hari dan menggunakan tangga untuk masuk ke jendela kamar lantai dua. Mereka
juga membawa sepasang sumpit untuk mengambil rambut itu dari lantai dan
akhirnya berhasil mengembalikannya ke tempat semula.
Setelah selesai, Eiji segera memaksa Izumi agar pulang.
Namun entah mungkin karena didorong rasa usilnya, Izumi malah membuka laci yang
kedua.
Di dalamnya mereka menemukan kertas dengan gigi manusia.
Eiji sangat ketakutan bahkan menangis melihatnya. Izumi
menganggap reaksi Eiji sangat lucu dan berniat mengerjainya lebih jauh. Ia
membuka laci ketiga dan mendorong kepala Eiji agar ia melihat isi laci
tersebut.
Eiji menyaksikan apa yang ada di dalam laci itu dan
ekspresinya berubah menjadi kaku.
“Apa isi laci itu?” saat Izumi hendak melihatnya, tiba-tiba
laci itu menutup dengan sendirinya. Ia lalu menatap Eiji yang kini hanya
terdiam terpaku seperti patung. Tatapannya kosong dan ia tak bergerak sedikitpun.
Izumi mulai merasa takut dan karena tak tahu apa yang harus
ia lakukan, ia memutuskan meninggalkan Eiji di sana. Segera setelah ia pulang,
Izumi memberitahukan apa yang terjadi ibunya.
Wajah ibu Izumi menjadi sangat pucat dan hal yang lebih aneh
kemudian terjadi.
Ibu Izumi memberitahu orang tua Eiji dan mereka segera
menjemput Eiji dan mengeluarkannya dari rumah itu. Setelah setengah jam, mereka
akhirnya kembali bersama Eiji. Terlihat mulut Eiji dipenuhi sesuatu berwarna
hitam dan mereka melihat beberapa helai rambut bergantung dari sudut mulut
Eiji.
Rambut itu bukan miliknya.
Orang tua Eiji tak mengatakan sepatah katapun. Yang mereka
lakukan hanya menatap Izumi dengan raut penuh kebencian.
Orang tua Eiji kemudian membawanya pergi jauh. Namun sebelum
mereka melakukannya, mereka terus-menerus mengunjungi rumah Izumi setiap hari.
Mungkin Izumi sendiri tak tahan dengan kunjungan-kunjungan itu sehingga ibunya
pun mengirimnya untuk pergi jauh.
Itulah cerita mengenai Pandora, nama yang tak boleh disebutkan
itu.
Tak ada yang tahu tentang isi laci ketiga itu sebab siapapun
yang melihatnya akan bernasib sama seperti Saori dan Eiji, namun ada
desas-desus mengenai isi laci ketiga itu. Mungkin informasi ini diperoleh dari
orang tua Yachiyo, yang entah kenapa, mampu menangkal kutukan itu.
Laci ketiga itu berisi potongan tangan.
Di laci meja rias Yoshiko di lantai dua terdapat tangan kiri
dan di meja rias milik Yachiyo di depan tangga terdapat tangan kanan.
Bahkan ada yang menyebut, potongan tangan itu bergerak dan
itulah yang membuat siapapun yang melihatnya menjadi gila.
Apakah tangan-tangan itu milik Yachiyo yang ditinggalkannya
untuk melindungi nama-nama itu agar tak seorangpun mengetahuinya, aku tak tahu.
Mungkin memang sebaiknya cerita ini berselimutkan misteri.
Rumah itu masih ada di wilayah timur Jepang, namun aku
takkan memberitahukan lokasinya pada kalian.
Dan tentang isi surat dari ibu Saori aku sepertinya bisa
menebak isinya, sebab kemudian aku mendengar kabar bahwa Saori dan ibunya
meninggal. Aku takkan menceritakan lebih dari itu.
Akhir kata, aku harus meminta maaf pada kalian.
Selama ini aku menyembunyikan suatu fakta penting pada
kalian.
Namun kalian harus mengerti bahwa aku terpaksa melakukannya.
Sebab jika aku mengungkapkannya sejak awal, maka kalian akan menyalahkanku atas
semua yang terjadi pada Saori.
Aku menceritakan ada 6 orang yang datang ke rumah itu, yakni
aku, Atsushi, Kazuchika, Naoki, Saori, dan adiknya Haruka.
Namun kenyataannya hanya ada 5.
Akulah Atsushi. Dan aku tak bisa mengungkapkan betapa aku
menyesali apa yang terjadi pada temanku, Saori.
TAMAT