URBAN LEGEND #1 KAGOME
KAGOME KAGOME
Note: Kagome Kagome adalah sebuah lagu yang mengiringi
permainan tradisional Jepang. Dalam permainan ini, sekelompok anak (minimal 7)
akan membentuk lingkaran dengan satu anak di tengah berperan sebagai “oni” atau
“setan”. Anak tersebut akan ditutup matanya, kemudian teman2nya di
sekelilingnya akan menyanyikan lagu “Kagome Kagome”. Setelah lagu tersebut
selesai, anak tersebut harus menebak nama anak yang ada di belakangnya. Bila ia
benar, maka anak itu akan digantikan oleh anak yang tertebak namanya tersebut,
begitu seterusnya (sumber: wikipedia).
Kakak perempuanku datang ke rumahku untuk pertama kalinya
sejak 3 tahun terakhir. Aku belum pernah melihat keponakanku, namun sepertinya
ia telah tumbuh menjadi anak yang cerdas. Karena beberapa tanda lahir di wajah
dan tubuhnya, ia tak memiliki banyak teman seumuran. Namun ia memiliki banyak
tenaga untuk bermain dan ketika ia lelah, aku memutuskan untuk menyanyikannya
sebuah lagu.
Kagome, Kagome
Ada burung di perut naga
Kapan? Kapan? Kapan ia akan keluar?
Bangau dan kura-kura, tergelincir saat malam sebelum
fajar
Siapa di belakangmu?
“Hei, apa bibi tahu lagu ini sebenarnya tentang membunuh
bayi dalam kandungan?”
Aku hanya terdiam karena tak menyangka ia akan mengatakan
hal seperti itu. Keponakanku itu hanya menatapku, menunggu jawabanku.
“Maksudku ibu yang menyanyikan lagu ini ketika anaknya masih
berada dalam perutnya sebenarnya ingin bayinya mati. Menyeramkan kan?” katanya
lagi.
“Apa maksudmu aborsi?” aku tak begitu yakin anak sekecil itu
sudah tahu makna kata itu, “Ya...itu memang menyeramkan.”
“Aborsi itu artinya ibu mengambil sebuah tongkat keras
kemudian ditusukkan ke tempat bayi agar keluar dari perut. Setelah itu, bayinya
akan dibuang ke tempat sampah.”
Astaga, pikirku. Darimana anak sekecil ini memiliki bayangan
semengerikan itu? Apa yang kakakku ajarkan pada anak ini?
“Darimana kau belajar hal semacam itu?” tanyaku. Aku takut
ia mendapatkannya dari teman-temannya.
“Bahkan di dalam perut mama, aku bisa mendengar dan
merasakan ... Rasanya sakit sekali dan aku benar-benar takut. Aku menangis
kalau ingat hal itu.”
Sejak saat itu aku benar-benar memperhatikan tanda-tanda
lahir yang ada di sekujur tubuh keponakanku.